About Me

My photo
Malang, East Java, Indonesia
love listening to music every morning, reading some books,articles (when having enough time) and watching movies.Enjoy writing short stories, novels, with a cup of cappucino and chocolate. Love the beach very much.

Wednesday, January 27, 2016

INSPIRATOR ITU ADA DI SEKITAR SAYA





Menjadi bagian dari Social Movement Kelas Inspirasi buat saya adalah hal yang luar biasa. Luar biasa karena seluruh relawan terlibat didalamnya bertindak menjadi relawan yang bersifat suka rela. Dan menjadi kebanggaan yang luar biasa untuk saya adalah semua relawan yang hadir pada acara Hari Inspirasi terlibat secara sadar penuh untuk memperbaiki kuwalitas pendidikan di Indonesia.
            Pada Kelas Inspirasi Trenggalek #2 ini saya meniatkan untuk menerjunkan diri saya menjadi panitia. Iini karena Trenggalek adalah kota kelahiran, kota kampung halaman yang harus menjadi lebih maju di masa mendatang, meskipun saya tidak bekerja di kota Trenggalek.
            Dalam kepanitiaan besar saya membantu adek – adek panitia, _saya sebut mereka adek – adek karena usia mereka yang masih di bawah saya_ sebagai External Relation (ER). Devisi ini bertanggung jawab untuk mengenalkan gerakan KI ke depan khalayak umum.
            Salah satu kegiatan yang pernah saya lakukan bersama teman – teman satu devisi adalah kehadiran KI pada Car Free Day (CFD). Dan moment CFD ini tidak hanya kami lakukan di Trenggalek saja. Naluri untuk mengenalkan KI Trenggalek tersebar hingga luar kota. Malang adalah salah satu kota terpilih untuk promo pengenalan KI Trenggalek melalui CFD. Semangat untuk
            Awal keterlibatan saya di KI Trenggalek adalah semangat untuk menginspirasi adek – adek SD di salah satu kecamatan yang sulit di jangkau, yaitu kecamatan Pule. Keinginan yang saya rasa cukup sederhana.
            Namun setelah dari awal saya terlibat dalam kepanitiaan inti KI Trenggalek, keinginan saya tersebut menjadi bertambah berlipat – lipat. Saya melihat semangat yang menyala, berkobar di jiwa adik – adik saya. Semangat untuk memajukan kota tercinta itu tidak pernah saya lihat meredup, walau sekalipun.
            Sejujurnya keterlibatan saya di KI Trenggalek ini lebih kepada perjalanan hati saya, diam – diam semangat adik – adik dalam mempersipakan Hari Inspirasi di Trenggalek ini membuat saya terpana tidak henti. Membuat saya merasa kecil tidak punya apa – apa yang dapat disandingkan dengan semangat yang mereka miliki. Bagaimana bisa mereka yang masih muda belia memiliki keinginan yang begitu tinggi, keinginan untuk merubah masa depan menjadi baik, meskipun hanya kecil. Dalam jatuh bangunnya menyiapkan KI Trenggalek #2  mereka tidak pernah sekalipun menyerah, tidak sekalipun mengeluh. Mereka semua selalu menjawab tantangan yang ada di depan mereka, apapun itu. Termasuk membungkam mulut saya ketika saya iseng “mengusili” mereka untuk menyanyikan lagu “Monggo Tindak Trenggalek” di depan seluruh relawan yang hadir pada hari briefing yang salah satu relawannya adalah Moh. Arifin, wakil Bupati Terpilih Kab. Trenggalek.
Dan pada hari briefing itulah mereka dengan percaya diri menyanyikan lagu kebanggaan Trenggalek dengan lantang.

Alih – alih menginspirasi, saya malah terinspirasi dengan keteguhan semangat mereka. Ya, mereka adik – adik saya yang luar biasa. Saya luar biasa bangga kepada mereka semua. Sungguh!.





Wednesday, February 18, 2015

Sampai Kamu Kembali



“Maaf mbak, tiketnya enggak bisa di tukar”, aku lemas di depan counter depan salah satu maskapai penerbangan nasional.
“Oke, terima kasih..”
Aku melangkah lemas kearah Ardi yang menungguiku di ruang tunggu.
“Kamu enggak harus kayak begini. Berangkatlah......”, aku memandang Ardi penuh protes. Bagaimana aku akan pergi tanpa dia. Aku pergi ke Sydney, ok fine demi karirku, demi cita – citaku. Tapi apa, aku akan berjauhan lagi dengannya.
“Kamu rela kita pisah. Lagi ?”, aku menatapnya tidak percaya.
“Ya mau bagaimana?, aku tahu itu cita – cita kamu. Jauh dari sebelum aku berangkat ke Jerman. Dan jika memang kesempatan itu datangnya sekarang, aku tidak bisa egois melarangmu untuk pergi. So what you thinking...?”,
Iya memang benar kamu tidak egois,
“Aku takut kamu.............”
“Takut aku akan berpaling ? takut aku akan meninggalkan kamu jika kamu kembali ?. takut aku tidak setia?”, kata – kata Ardi cukup menhunjam hatiku. Wajar kan aku takut?.
Ardi meraih tanganku, menyelipkan rambutku, “Don’t worry about that. Aku masih ingat waktu kamu juga masih nunggu aku saat aku di Jerman. Aku inget banget, enggak usah di refresh. Aku akan lakuin hal yang sama, sampai kamu kembali, pulang”

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis

Halte



Pandanganku masih tertuju pada bus kota yang sedang berjalan perlahan di depanku. Hujanpun masih setia menyapa kota ini. basah.
Beberapa orang yang masih setia menggunakan transportasi umum sepertikumasih juga menunggu hujan behenti, atau ebih tepatnya menunggu angkutan yang mengarah ke rumahnya. Termasuk aku. Semakin sore, para pengguna angkutan umum ini semakin bertambah banyak saja. Ditambah dengan hujan rintik yang tidak berhenti sedari tadi siang, menambah nelangsa saja.
Aku kembali mengarahkan pandangan mengintai ke ujung jalan, berharap angkutan ku segera muncul. Badanku sudah sangat capek dan ingin segera rasanya berbaring di kamar kos.
“Mbak naek GA?”,
Aku menoleh pada seorang laki – laki yang berada di sampingku.
“Iya mas.........”
“Saya ikut ya, mau turun terminal, tapi belum pernah naik GA..”
“Oh, iya. Ntar barengan saya aja........”
Aku memandang sejenak lelaki ini. Memang wajahnya terlihat asing di halte ini. Aku sangat hafal dengan orang-orang yang berada di halte ini sepulang mereka kerja. Tapi orang ini sangat tidak familiar.
“Terima kasih mbak..."
“Sama – sama, mas nya dari mana mau kemana?”,
“Saya dari tempat teman sekarang mau pulang mbak. Saya tinggal di Surabaya”, oh. Aku tersenyum, hari ini I'm not the only one who catching GA for ride home.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis

Tuesday, February 17, 2015

Selembar Kertas Kucel



Aku hanya menatap lembaran kertas yang penuh dengan coretan tanganku. Meremasnya dan  mengalihkan pandangan kebawah jendela kelasku. Aku adalah mahasiswa tingkat akhir disalah satu kampus swasta di Jakarta.
“Elo kenapa Ty?”, aku menoleh. Ada Firman sedang berdiri sembari membawa banyak buku text. Aku menunggu Firman duduk di sebelahku.
“Enggak apa – apa. Gue enggak yakin aja, bener enggak sih, nih kertas bisa bikin kita sukses suatu saat nanti?”, ujarku sembari menunjukkan kertas kucelyang ada di genggaman tanganku.
Firman tersenyum. “Gue yakin banget.....!”,
Itu adalah penggalan kisahku ketika aku kuliah dengan banyak tugas, banyak paper yang musti diselesaikan dengan cepat. Sempat aku meragukan impian yang telah aku bangun bersama sahabat – sahabatku, macam Firman. Keinginan untuk menakhlukkan dunia.
Aku kembali tersnyum, ketika aku sadar, posisiku sekarang, posisi yang sama dengan impian yang tercanangkan lima tahun yang lalu.
“Elo bener Fir............”, aku hanya berbisik, berbisik kepada diriku sendiri.
Sekarang memang semua terasa telah berbeda, dan masing – masing kita memiliki jalan yang berbeda. Memiliki cita – cita yang sama namun jalannya yang berbeda. Tiba – tiba saja kertas kucel penuh coretan tangan yang aku pegang lima tahu yang lalu kembali terngiang.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program Simulasi Kompetisi Menulis berhadiah 2 tiket PP+ voucher menginap di hotel berbintang BALI dari www.nulisbuku.com dan www.tiket.com

meskipun tidak saling memandang



Entah sudah berapa banyak cerita, kisah cinta yang terjadi di dunia ini. Kenapa semuanya musti tentang cinta, kenapa semuanya harus tentang rasa yang katanya pasti dimiliki oleh seluruh makhluk di alam ini ?. aku percaya akan kekuatan cinta, kekuatan yang sudah di tunjukkan, telah dibuktikan dalam mengubah dunia. Dan aku percaya dengan ikatan hati yang, sekali lagi katanya, terjalin pada sepasang orang yang memang saling mencintai. Meskipun sepasang makhluk ini tidak sedang bersama dalam satu tempat dan waktu.
Dan seperti itulah aku saat ini, menyendiri di kamarku yang sepi. Malam semakin larut. Entah mengapa malam ini aku menjadi mellow. Aku hanya ingat pada mas Bagas, mantan kekasihku yang masih saja aku cintai sampai saat ini. Tiba – tiba saja malam ini aku sangat merindukannya. Entahlah. Akupun tidak mengerti alasannya. Kangen saja. That’s it.
Airmataku meleleh tanpa bisa aku menahannya. Aku tidak tahu juga mengapa airmata ini mengalir. Sumpah, aku tidak bisa menjelaskan mengapa aku selalu menangis ketika aku merasakan rindu yang luar biasa kepadanya. Rindu, rindu dan rindu.
“Kalau kamu juga merasakan rindu yang sama denganku, tolong telpon aku, please...”, aku bergumam sendiri, tidak kepada siapapun. Jelas kepada mas Bagas yang dalam imajinasiku ada di hadapanku. Aku sangat menginginkan suaranya terdengar malam ini.
 “Kamu apa kabar?”,
Aku menatap layar ponselku yang menunjukkan kalimat yang sangat aku kenal jenisnya. Is it really?, benarkah ikatan hati itu memang ada. Meskipun kedua individu itu tidak saling memandang secara langsung?, meskipun mereka saling berjauhan?

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program Simulasi Kompetisi Menulis berhadiah 2 tiket PP+ voucher menginap di hotel berbintang BALI dari www.nulisbuku.com dan www.tiket.com