Bromo with love
“El, ini lo handle ya yang klien ke Bromo.....”,
Indi masuk ke ruanganku sembari membawa setumpuk berkas.
“Yang mana
In..?”, tanyaku sembari memandangnya dari balik layar laptopku.
“Yang tujuh
orang dari Jakarta, yang mau naik weekend ini...”,aku mengernyitkan dahi dan
berusaha mengingat – ingat. Karena selama seminggu ini perusahaan tour and
travel yang tempat ku bekerja sebagai owner in kebanjiran order gila – gilaan.
“Yang mana
sih In.......?,”
“Aduh yang
transfernya atas nama Anto itu tuh........”,
Oh, baru aku
inget. Let’s me explain, dalam satu
minggu kemaren tenagaku dibuat habis hanya untuk mengurusi paket tour nya si
yang bernama Anto and the gank nya itu. Yang permintaannya ribet banget ngalah
– ngalahin artis aja.
“Oh, si
Anto. Lah kan udah transfer In......?, di handle
apanya lagi?, mau minta apa lagi dia?. Masih bawel aja?, kalau masih cerewet
minta ini – itu yang enggak ada dipaket kita, batalin aja. Udah males banget
gue berurusan sama gank nya mereka”,
Indi
menghela nafas, Indi adalah sahabatku yang paling rasional. Jadi karena saking
rasionalnya dia akhirnya beginilah kalimat yang keluar dari mulut Indi.
“Elsa, kita
gak boleh maen kasar sama klien. Ya semua
kan bisa di komunikasikan udah ya, weekend ini elu nemenin si Anto ke Bromo,”
Aku sudah
pasti tuli aja mendengar kata-kata Indi barusan.
“Lah kok gue
In.........”
“Mau siapa
lagi.......?”
Kini aku
lihat Indi mulai menyilangkan kedua tangannya di dada.
“Elu boleh
sebel sama kelompoknya mereka, but you
have no choice. Grow up and be a profesional. Andi udah ke Lombok, Femi
udah ke Thailand. Diko elu tahu udah di Aussy sejak dua hari yang lalu..”
Gila aja
nih, manager satu ini. nyuruhnya gak tanggung tanggung. Kenapa musti aku coba
yang disruruh. Pengalaman menangani ordernya dia aja aku udah pengen throw up. Ini malah disuruh nemenin
langsung. And I know, I have no choice.
Aku hanya
terpaku di depan rubicon.
“Elo Jakarta
mana El......?, gila aja gue nemu orang kayak elo yang rela ninggalin Jakarta
demi buka Tour Consultant di Malang....”, Anto si cerewet ini bertanya padaku
sembari menyeruut kopi hangatnya.
“Lenteng
Agung. Enak kali hidup di Malang. Buktinya elo rela aja kan kesini?, buat apa
coba?, vacation kan..?. See...?, what is
suppouse to mean Anto?”, aku melemparkan kata – kataku yang aku harapkan
menohok si arogan, cerewet dan bawel ini.
Anto hanya
tersenyum tipis sembari memandangku sebentar dan mengalihkan pandangannya ke
padang pasir di depannya.
“Yes I did El, I’m on my vacation now. But
it’s only for a while......”, ujarnya
membuatku memandang wajahnya yang tergambar angkuh didepanku.
“Hmmm...got it An, for a while...”, aku hanya
meliriknya. Sumpah nih orang sombong banget deh. Anto yang sedang duduk di
sampingku spontan mengalihkan pandangannya kepadaku.
Dan aku
tetap cuek dengan menatap hamparan pasir didepanku. Adegan ini terjadi selama
hampir lima menit, dan membuatku risih. Akhirnya aku menoleh, memandang wajah
sengak di depanku ini. Apa sih mau nya..?, bawel dari pertama telpon ke Tour
Consultant tempatku bekerja, dengan segala kecerewetannya.
But,
wait...........ini kenapa malah mataku bertatapan dengan matanya lama.
Sebenarnya ini wajah juga lumayan kalau kecerewetannya berkurang.
“Hmm...Sorry
El”, Anto buru – buru mengalishkan pandangannya dari wajahku, dan aku spontan
menunduk, “Yup...........”,
Is this, the
love at the first sign..??
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @Nulisbuku