It
Shouldn’t Hurt To Be a Child
Child neglect, the most common form of abuse,
is difficult to define. The Child Abuse Prevention and Treatment Act (1992)
defines child maltreatment, of which neglect is defined as: “any recent act of
failure to act on the part of a parent or caregiver, which results in death,
serious physical or emotional harm,
sexual abuse or exploitation. (Lippincott’s Nursing
Center)
Child Abuse and Neglect
Penelantaran anak
merupakan hal yang sudah sering terbiasa terjadi di negara kita. Lihatlah
berapa banyak anak – anak jalanan, yang ada di pertigaan, perempatan di lampu –
lampu merah kota – kota besar ataupun kecil. Yang ada di depan mall – mall
menjual makanan. Atau jika hujan turun, akan banyak anak – anak kecil membawa
payung, menawarkan payung kepada
pengunjung mall dan mereka akan
mengikuti “Nasabah” nya sambil ber hujan – hujan ria.
Penelantaran anak
sering dilakukan oleh lingkungan terdekatnya sendiri. Keluarga, ayah, ibu,
nenek, kakek, saudara bahkan pembantu. Mungkin hal ini tidak terasa oleh orang
– orang terdekat si anak, namun pada akhirnya akan menjadi sebuah imprin yang
jelas sekali akan mempengaruhi perkembangan si anak.
Sehingga orang – orang
disekitar anak – anak seharusnya faham dan mengerti tentang penelantaran anak.
Orang – orang yang mengaku menyayangi, orang – orang yang mengaku mencintai,
orang – orang yang mengaku bertanggung jawab atas mereka. Harus mengerti.
Understanding
of Child Abuse
Ada banyak macam dari penelantaran anak (Child Abuse),
diantaranya adalah
Ø Domestic Violance
Domestic violance adalah jenis penelantaran anak yang
sering terjadi di lingkungan keluarga. Seorang istri yang mendapatkan
kekeraasan dalam rumah tangganya beresiko tinggi untuk melakukan child abuse
kepada anaknya.
Setidaknya lebih dari 2000 anak di USA meninggal akibat
chlid abuse and neglect setiap tahunnya (National
Center For Child Death Review 2011). Dan jumlah angka yang tidak
dilaporkan akan lebih banyak.
Ø Limited Parenting Skills
Menjadi
orang tua berarti juga harus menyiapkan proses untuk mengawal seluruh tugas perkembangannya
dan memastikan bahwa sang anak dapat memenuhi semua tugas perkembangannya,
tanpa adanya delay pada semua aspek.
Umur orang tua saat pertama kali memiliki anak adalah faktor yang sangat
penting, hal ini berhubungan dengan pengalaman dan pengetahuan tentang cara bagaimana membesarkan anak dengan cara – cara
yang baik, yang sesuai dengan tugas perkembangan.
Pada
kasus tertentu, dimana orang tua yang memiliki anak belum mendapatkan cukup
pengalaman dan cukup pengetahuan, maka caregiver memberikan parenting classes,
proffesional counseling dan support
group untuk meningkatkan skill orang tua.
Background
perkembangan orang tua juga berpengaruh kepada cara orang tua mendidik anaknya.
Orang tua yang memiliki imprin di masa kecilnya di perlakukan kasar, penuh
dengan penelantaran mungkin akan melakukan hal yang sama saat mengawal proses
perkembangan anaknya.
Ø Alcohol and Drug Abuse
Penyalahgunaan
alkohol dan obat – obatan terlarang dapat di temukan pada anak – anak. Sudah
banyak penyalagunaan NAPZA pada anak – anak. Hal ini berkaitan dengan role model di dalam keluarga itu
sendiri.
Sebagai contoh, di
dalam suatu keluarga, orang tua memakai NAPZA atau minum – minuman keras, maka
seorang anak akan mengikuti perilaku orang tuanya.
Hal ini
dapat dikategorikan menjadi child abuse karena apabila seorang anak
menyalahgunakan NAPZA dan obat terlarang dapat merusak lasa depan anak itu
sendiri. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan orang tua dalam menjaga dan
mengawal proses pemenuhan tugas perkembangan sang anak. Sehingga terjadi
penelantaran terhadap anak.
Ø Lack of Support
Sosial ekonomi sebuah keluarga dapat mempengaruhi perkembangan seorang
anak. Mengapa demikian ? orang tua dengan penghasilan rendah beresiko melakukan
child abuse karena fasilitas yang di
miliki dalam keluarga itu kurang.
Meskipun sebenarnya tidak semua child abuse terjadi di dalam keluarga
dengan tingkat sosial ekonomi rendah.
Masih sangat teringat,
lima tahun yang lalu, ketika saya masih kuliah di Jakarta, sering sekali saya
menyaksikan Child Abuse hampir di setiap sudut kota. Saat pulang dinas pagi
dari RSPAD Gatot Soebroto, maka ketika sampai di perempatan Matraman, menunggu
lampu lalulintas berganti hijau, akan selalu
ada anak – anak yang seharusnya belajar di bangku SMP bahkan SD, masuk
ke dalam angkot yang saya dan teman – teman tumpangi ; ngamen. Setiap hari
selalu seperti itu, bahkan lagu yang mereka nyayikan sama persis, sehingga
membuat saya dan teman – teman akhirnya bernyayi bersama mereka, saking
seringnya mendengar lirik itu.
Ahhh....pengalaman
itu, saya tidak akan pernah lupa. Saya hanya tidak setuju dengan perlakuan
orang – orang di sekitar mereka, orang – orang terdekat mereka, orang – orang
yang mengaku menyayangi, orang – orang yang mengaku bertanggung jawab, tapi
pada kenyataannya tidak demikian.
Hingga ketika suatu
sore saya dan teman dari Canada berjalan – jalan, dan ketika sampai lampu merah
kami melihat ada anak kecil ngamen dia bilang :”How
can ??, their parents let them do this, they should be at home”
Ya, How
can...............??????????
Refference
World Health Organisation
Lippincott’s Nursing Centre
No comments:
Post a Comment