“Maaf mbak,
tiketnya enggak bisa di tukar”, aku lemas di depan counter depan salah satu
maskapai penerbangan nasional.
“Oke, terima
kasih..”
Aku melangkah
lemas kearah Ardi yang menungguiku di ruang tunggu.
“Kamu enggak
harus kayak begini. Berangkatlah......”, aku memandang Ardi penuh protes. Bagaimana
aku akan pergi tanpa dia. Aku pergi ke Sydney, ok fine demi karirku, demi cita –
citaku. Tapi apa, aku akan berjauhan lagi dengannya.
“Kamu rela
kita pisah. Lagi ?”, aku menatapnya tidak percaya.
“Ya mau
bagaimana?, aku tahu itu cita – cita kamu. Jauh dari sebelum aku berangkat ke
Jerman. Dan jika memang kesempatan itu datangnya sekarang, aku tidak bisa egois
melarangmu untuk pergi. So what you thinking...?”,
Iya memang
benar kamu tidak egois,
“Aku takut
kamu.............”
“Takut aku
akan berpaling ? takut aku akan meninggalkan kamu jika kamu kembali ?. takut
aku tidak setia?”, kata – kata Ardi cukup menhunjam hatiku. Wajar kan aku takut?.
Ardi meraih
tanganku, menyelipkan rambutku, “Don’t worry about that. Aku masih ingat waktu
kamu juga masih nunggu aku saat aku di Jerman. Aku inget banget, enggak usah di
refresh. Aku akan lakuin hal yang sama, sampai kamu kembali, pulang”
Flash Fiction ini ditulis untuk
mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis
No comments:
Post a Comment