About Me

My photo
Malang, East Java, Indonesia
love listening to music every morning, reading some books,articles (when having enough time) and watching movies.Enjoy writing short stories, novels, with a cup of cappucino and chocolate. Love the beach very much.

Wednesday, February 20, 2013

Group for English Science in Nursing 2


Group 1
1.      Fadhila Faya
2.      Oki Hendrawanto
3.      Devergen Alvia
4.      Widya Suryani
5.      Arazyana Hasira Dewi
6.      Ayu Desi Ariani
7.      Hermanto
8.      Tri Setyaning Yuniati
9.      Dwi Yuli Retnoningrum

Group 2
1.      Dani Brian Ristansa
2.      Birgita Indah
3.      Liya Bayu
4.      Ridho Presetyo
5.      Fitrilia Istanti
6.      Erni Tegawati
7.      Fita Amelia
8.      Didi Ardiyanto
9.      Nahla Indah

Group 3
1.      Ika Marta Tika
2.      Novi Wulandari
3.      Mariza
4.      Ika Witnasari
5.      Syaiful Arif
6.      Retno Wulandari
7.      Fandik Dwi Nur Cahyono
8.      Cintiya Damayanti
9.      Refinda Novitasari

Group 4
1.      Retno Wati
2.      Aris Maulana
3.      Moch Khalid Yusuf
4.      Muhammad Taufiqul Akbar
5.      Delly Sovianita
6.      Yulia Wulandari
7.      Dwi Ainul Yakin
8.      Yoga Ardianto
9.      Christiana Ayu

Do Not Resuscitate

Pertama kali mendapatkan istilah itu ketika saya sedang nonton TV Series Canada, Saving Hope. Dalam Tv Series itu diceritakan bahwa dr. Charlie Harris dan dr. Alex Reid sedang berada dalam sebuah Cab yang tiba – tiba ditabrak oleh mobil. Akibat kecelakaan itu dr. Charlie Harris mengalami perdarahan Intra Cranial yang akhirnya merenggut kesadarannya. Karena setting Tv Series ini adalah diluar negeri, maka peralatan yang digunakan adalah peralatan yang serba canggih. Dengan segera dr. Charlie Harris dipasang ventilator. Keadaan ini berlangsung selama berbulan-bulan, yang akhirnya membuat mantan istrinya mengajukan Do Not Resuscitate atau DNR kepada pengadilan.

Saking penasaran dengan DNR akhirya nyari reference sana – sini untuk mengetahui secara jelas tentang DNR.
Ternyata DNR ini sudah menjadi berita di luar negeri, mulai tahun 2007. DNR biasa dilakukan kepada pasien yang mengalami penyakit – penyakit terminal, yang tergantung pada alat, seperti misalnya pasien dalam penggunaan ventilator.

Do Not Resuscitate (DNR) atau dalam bahasa Indonesia diartikan Jangan Dilakukan Resusitasi, adalah tidak dilakukannya resusitasi jantung - paru apabila pasien yang sedang dirawat sedang henti jantung. Termasuk tidak diakukannya debfibrilator pada pasien yang henti jantung.
DNR dapat dilakukan apabila telah ada persetujuan dari keluarga. Maka setelah pasien dinyatakan DNR, akan ada label yang di berikan di pasien tersebut. Label tersebut akan di pasang di tempat yang mudah dilihat sehingga tenaga kesehatan yang lain akan mengetahui bahwa pasien tersebut adalah pasien DNR.

DNR ini belum familiar di Indonesia. Di rumah sakit – rumah sakit belum ada perlabelan DNR. Namun keputusan DNR ini sebenarnya sudah ada. Ada beberapa keluarga pasien dengan penyakit-penyakit terminal yang pernah di rawat di ICU meminta perawat dan tenaga kesehatan lain untuk tidak melakukan resusitasi. Jadi sebenarnya status klien yang DNR di Indonesia sudah ada, namun belum terdokumentasi secara legal saja.

Saya pernah merawat seorang pasien yang menderita kanker nasofaring stadium akhir, dan keluarga meminta saya, apabila sewaktu – waktu sang pasien dalam keadaan tidak bernafas tidak usah dilakukan resusitasi. 

Legalitas DNR di Indonesia memang belum ada.