About Me

My photo
Malang, East Java, Indonesia
love listening to music every morning, reading some books,articles (when having enough time) and watching movies.Enjoy writing short stories, novels, with a cup of cappucino and chocolate. Love the beach very much.

Thursday, February 23, 2012


It Shouldn’t  Hurt To Be a Child

 Child neglect, the most common form of abuse, is difficult to define. The Child Abuse Prevention and Treatment Act (1992) defines child maltreatment, of which neglect is defined as: “any recent act of failure to act on the part of a parent or caregiver, which results in death, serious physical or emotional harm,
sexual abuse or exploitation. (Lippincott’s Nursing Center)
Child Abuse and Neglect
Penelantaran anak merupakan hal yang sudah sering terbiasa terjadi di negara kita. Lihatlah berapa banyak anak – anak jalanan, yang ada di pertigaan, perempatan di lampu – lampu merah kota – kota besar ataupun kecil. Yang ada di depan mall – mall menjual makanan. Atau jika hujan turun, akan banyak anak – anak kecil membawa payung, menawarkan payung  kepada pengunjung mall dan mereka  akan mengikuti “Nasabah” nya sambil ber hujan – hujan ria.
Penelantaran anak sering dilakukan oleh lingkungan terdekatnya sendiri. Keluarga, ayah, ibu, nenek, kakek, saudara bahkan pembantu. Mungkin hal ini tidak terasa oleh orang – orang terdekat si anak, namun pada akhirnya akan menjadi sebuah imprin yang jelas sekali akan mempengaruhi perkembangan si anak.
Sehingga orang – orang disekitar anak – anak seharusnya faham dan mengerti tentang penelantaran anak. Orang – orang yang mengaku menyayangi, orang – orang yang mengaku mencintai, orang – orang yang mengaku bertanggung jawab atas mereka. Harus mengerti.


Understanding of Child Abuse

Ada banyak macam dari penelantaran anak (Child Abuse), diantaranya adalah
Ø  Domestic Violance
Domestic violance adalah jenis penelantaran anak yang sering terjadi di lingkungan keluarga. Seorang istri yang mendapatkan kekeraasan dalam rumah tangganya beresiko tinggi untuk melakukan child abuse kepada anaknya.
Setidaknya lebih dari 2000 anak di USA meninggal akibat chlid abuse and neglect setiap tahunnya (National Center For Child Death Review 2011). Dan jumlah angka yang tidak dilaporkan akan lebih banyak.

Ø  Limited Parenting Skills
Menjadi orang tua berarti juga harus menyiapkan proses untuk mengawal seluruh tugas perkembangannya dan memastikan bahwa sang anak dapat memenuhi semua tugas perkembangannya, tanpa adanya delay pada semua aspek. Umur orang tua saat pertama kali memiliki anak adalah faktor yang sangat penting, hal ini berhubungan dengan pengalaman dan pengetahuan tentang cara  bagaimana membesarkan anak dengan cara – cara yang baik, yang sesuai dengan tugas perkembangan.
Pada kasus tertentu, dimana orang tua yang memiliki anak belum mendapatkan cukup pengalaman dan cukup pengetahuan, maka caregiver memberikan parenting classes, proffesional counseling dan  support group untuk meningkatkan skill orang tua.
Background perkembangan orang tua juga berpengaruh kepada cara orang tua mendidik anaknya. Orang tua yang memiliki imprin di masa kecilnya di perlakukan kasar, penuh dengan penelantaran mungkin akan melakukan hal yang sama saat mengawal proses perkembangan anaknya.

Ø  Alcohol and Drug Abuse
Penyalahgunaan alkohol dan obat – obatan terlarang dapat di temukan pada anak – anak. Sudah banyak penyalagunaan NAPZA pada anak – anak. Hal ini berkaitan dengan role model di dalam keluarga itu sendiri.
Sebagai contoh, di dalam suatu keluarga, orang tua memakai NAPZA atau minum – minuman keras, maka seorang anak akan mengikuti perilaku orang tuanya.
Hal ini dapat dikategorikan menjadi child abuse karena apabila seorang anak menyalahgunakan NAPZA dan obat terlarang dapat merusak lasa depan anak itu sendiri. Hal ini menunjukkan ketidakmampuan orang tua dalam menjaga dan mengawal proses pemenuhan tugas perkembangan sang anak. Sehingga terjadi penelantaran terhadap anak.

Ø  Lack of Support
Sosial ekonomi sebuah keluarga dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak. Mengapa demikian ? orang tua dengan penghasilan rendah beresiko melakukan child abuse karena fasilitas yang di  miliki dalam keluarga itu kurang.
Meskipun sebenarnya tidak semua child abuse terjadi di dalam keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah.

Masih sangat teringat, lima tahun yang lalu, ketika saya masih kuliah di Jakarta, sering sekali saya menyaksikan Child Abuse hampir di setiap sudut kota. Saat pulang dinas pagi dari RSPAD Gatot Soebroto, maka ketika sampai di perempatan Matraman, menunggu lampu lalulintas berganti hijau, akan selalu  ada anak – anak yang seharusnya belajar di bangku SMP bahkan SD, masuk ke dalam angkot yang saya dan teman – teman tumpangi ; ngamen. Setiap hari selalu seperti itu, bahkan lagu yang mereka nyayikan sama persis, sehingga membuat saya dan teman – teman akhirnya bernyayi bersama mereka, saking seringnya mendengar lirik itu.
Ahhh....pengalaman itu, saya tidak akan pernah lupa. Saya hanya tidak setuju dengan perlakuan orang – orang di sekitar mereka, orang – orang terdekat mereka, orang – orang yang mengaku menyayangi, orang – orang yang mengaku bertanggung jawab, tapi pada kenyataannya tidak demikian.
Hingga ketika suatu sore saya dan teman dari Canada berjalan – jalan, dan ketika sampai lampu merah kami  melihat ada anak kecil ngamen dia  bilang :”How can ??, their parents let them do this, they should be  at home
Ya, How can...............??????????

Refference
World Health Organisation
Lippincott’s Nursing Centre

No comments:

Post a Comment