About Me

My photo
Malang, East Java, Indonesia
love listening to music every morning, reading some books,articles (when having enough time) and watching movies.Enjoy writing short stories, novels, with a cup of cappucino and chocolate. Love the beach very much.

Wednesday, February 4, 2015

Take me with you



Take me with you

Aku mencari – cari sosok mas Danu di Bandara Juanda. Aku baru landing dari Makasar setelah 2 minggu pelatihan K3 Nasional yang diikuti seluruh departement K3 semua Rumah Sakit Umum Daerah se – Indonesia. Padahal besok aku mengikuti prosesi akad nikah dengan mas Danu. Senyumku terkembang ketika kulihat sosok mas Danu ada di ruang tunggu. Aku segera menuju kearahnya dan mencium tangannya.
“Lapar gak...???”, tanyanya.
“Sendirian mas....??”,
“Iya, tamunya Ibu banyak banget, adek sibuk nyiapin pedangpora, jadi yang jemput tuan puteri aku”, aku cemberut. Aku tahu mas Danu sudah uring – uringan sejak awal keberangkatanku ke Makasar.
“Iya maaf ya, gak bisa bantuin apa – apa.....”
“Lapar gak, klo gak lapar kita langsung pulang, udah malam biar cepet nyampe rumahnya”.
Aku hanya mengikuti langkahnya yang terkesan tergesa. Duh gusti, harusnya kami tidak lagi ada di jalanan malam ini, harusnya aku dan mas Danu menikmati hari- hari menjelang melepas masa lajang, bersama keluarga, menyalami tamu yang  hadir.
“Lapar gak....?”, ulangnya setelah sampai di parkiran Juanda.
“Gak....,”, jawabku hampir tak terdengar.
Kami segera melaju di jalanan Surabaya yang padat. Bergabung dengan suasana deru mesin kendaraan yang tiada henti.
“Heran deh, kenapa sih gak boleh ijin, padahal sudah mau menikah, susah banget..”, ku dengar mas Danu menggerutu di balik kemudi.
“Karena hanya aku yang qualified mas....”
“Tapi kan harus tau waktu juga, gak bisa seenaknya kayak begini.......”
Lha....??? kok diterusin ya....Aku hanya bisa memandangnya dalam diam.
“Instansi sipil tapi komitmen melebihi militer...”, Ketusnya.
“Klo capek. Harusnya yang jemput orang lain aja, atau aku bisa naek taxi.....gak harus mas yang berangkat ke Surabaya...”
“Bukan masalah jemput, tapi masalah peraturan di tempat kerjamu...”
“Setiap instansi punya peraturan sendiri – sendiri. Aku gak protes kok mas mau pergi ke Afganistan 1 hari setelah kita menikah....” Aku keluarkan juga keluh kesah yang selama ini sebenarnya aku pendam. Pandanganku tetap lurus ke depan. Kurasakan mas Danu memandangku dan menghentikan laju mobil dan menepi, hmmmmmmm........persiapan perang beneran nih.
“Oke....jadi kamu belum bisa menerima seluruh konsekuensi dari pkerjaanku??. Baik sebelum semuanya terlanjur, sebelum kita akad nikah besok hakmu putuskan sekarang, mau lanjut atau tidak.”
Aku menghela nafas. Dengan ogah – ogahan aku memandangnya.
“Susah  ngomong sama orang emosi, aku gak mau bahas. Sudah.......”
Ku dengar mas Danu menghela nafas panjang, aku cukup tahu bahwa dia sangat kesal.
“Hmmm ku kira kamu sudah siap .......”, ujarnya sembari menatap jalanan.
“Aku siap,...........”
“Tapi kamu bawa – bawa dinasku di Afganistan.............”, kami berbicara tanpa menatap satu sama lain,, hanya terdiam di jok mobil sembari menatap lurus ke depan.
“Aku hanya ingin mas Danu mengerti, aku sudah berusaha mengerti mas Danu, bahkan ketika setelah menikah mas harus pergi. Aku siap mas. Tapi mas juga harus belajar mengerti pekerjaanku juga, bukankah begitu yang namanya saling memahami..........”, tidak tahan juga aku menangis membayangkan mas Danu di Afganistan yang penuh konflik itu, ya Tuhan..........
Detik berikutnya aku sudah berada di dekapannya. Damai segera mengisi hatiku.
“Don’t go.....take me with you......”, ujarku sesenggukan di dadanya.
“Kamu sudah janji gak akan nangis....remember that....???”, ujarnya sembari membelai rambutku.
Kata – kata mas Danu justru membuatku semakin sesenggukan, menangis. Hingga beberapa menit berlalu, mas Danu memegang wajahku,  mengambil tisu dan tersenyum.
 “Sudah ah nangisnya........”, ujarnya sembari tangan kirinya berusaha mengusap airmataku. Aku meraih tangannya dan menciumnya lama. Mas Danu kembali menghentikan mobilnya dan segera mendekapku lagi.
“Kamu kenapa sih sayang.............”, nada bicara mas Danu mulai kawatir.
Damai memang, aku menangis karena damai ini segera pergi setelah besok hari, meski hanya untuk sementara.
“Oke, aku sudah minta maaf kan....??? biasanya kan sudah....”,
Aku hanya tidak bisa membayangkan mas Danu berangkat.....
“Honey..................”,
Mas Danu segera mendekapku kembali.
“Take me with you........................”, ujarku terisak. Aku belum bisa  membayangkan dia pergi.
“Honey....sayang. Sudah ya.........”
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @Nulisbuku

No comments:

Post a Comment